ABATANEWS – Kompetisi Liga 1 musim 2022-2023 akan segera bergulir setelah dihentikan imbas tragedi Kanjuruhan. Kabarnya, kompetisi akan bergulir pada bulan November kisaran tanggal 18 atau 25 hingga paling lambat 2 Desember 2022.
Kabar ini muncul usai dilakukan rapat antara PT Liga Indonesia Baru (LIB), PSSI dan 18 klub peserta Liga 1 2022 beberapa hari lalu. Hanya saja, kompetisi akan kembali bergulir dengan opsi sistem klaster atau bubble.
Alasannya, banyak markas klub-klub yang berpartisipasi tidak sesuai standar. Sehingga, sistem bubble patut diterapkan mengingat banyak stadion tak memenuhi standar.
Baca Juga : PSM Raih Hasil Imbang Atas Semen Padang, Bernardo Tavares Akan Evaluasi Tim
Namun, munculnya wacana ini (bubble) mendapat penolakan keras dari sejumlah klub peserta Liga 1. Mereka melakukan penolakan dengan alasan berbeda-beda.
Persebaya Surabaya misalnya, melalui sang manajer, Yahya Alkatiri menolak keras sistem tersebut diberlakukan. Alasannya, karena sistem tersebut akan melanggar asas keadilan.
“Misalnya, di putaran pertama klub A kalah dari klub B di laga away. Tentu saja klub A ini ingin meraih kemenangan di laga kandang melawan tim B. Kalau jadi sistem bubble, tim A jelas dirugikan,” ujar Yahya seperti dilansir Jawa Pos, Minggu (6/11/2022).
Baca Juga : Tavares Harap Bisa Beri Kado Ulang Tahun 109 Tahun PSM Dengan Menang Lawang Kediri
Tim Persis Solo juga menolak adanya sistem tersebut diberlakukan pada lanjutan Liga 1 2022-2023. Hal itu disampaikan melalui laman resmi Persis Solo.
Salah satu statement Persis Solo, yakni menentukan lanjutan Liga 1 2022/2023 dengan tetap mempertahankan format home-away, dihadiri penonton.
Adapun klub lain yang menilai sistem bubble yakni Bali United. Melalui Pelatih Bali United, Stevano Cugurra, ia menganggap sistem bubble hanya akan membuat klub merogoh kocek finansial yang dalam dan justru bisa merugikan klub.
Baca Juga : 109 Tahun PSM Makassar, Deretan Mantan Pemain Beri Ucapan
“Saya pikir waktu main system bubble semua team rugi financial. Harus bayar hotel, makanan, sewa lapangan dan sewa bus,” kata Teco dilansir Tribun Bali.
Adapun Madura United, bahkan menolak keras adanya sistem bubble di Liga 1 musim ini. Melalui Direktur Utama PT Polana Bola Madura Bersatu (PBMB), Zia Ul Haq mengatakan pihaknya menolak apabila kompetisi lanjutan dilakukan bubble.
Menurutnya, apabila dipaksa berlangsung secara gelembung akan ada dampak luar biasa yang di dapatkan. Salah satunya, dari sisi bisnis setiap klub yang sejatinya sudah berjalan pasca pandemi Covid-19.
Baca Juga : PSM Makassar Bikin 2 Pemain Persebaya Surabaya Tidak Dipanggil Timnas Indonesia
“Terus, apa gunanya jika kita kemarin mau memulai kompetisi sekarang, bisnis di putaran kompetisi ini terdapat industri UMKM, pekerja sektor, semuanya bergerak. Kalau di-bubble lagi tidak ada yang seperti itu lagi. Jadi, in-depth impact itu penting. Namun, tetap dalam rangka kita menjaga kebersamaan dan juga ketertiban,” jelas Zia Ul Haq.