Kamis, 29 Mei 2025 13:23

Beda Prinsip, Elon Musk Mundur dari Kabinet Trump

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan pendiri SpaceX dan Tesla, Elon Musk di sela kunjungan kerjanya di Amerika Serikat. Pertemuan itu terjadi di kantor SpaceX di Bica Chica, pada Ahad (15/5/2022). (Dok Biro Setpres RI)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan pendiri SpaceX dan Tesla, Elon Musk di sela kunjungan kerjanya di Amerika Serikat. Pertemuan itu terjadi di kantor SpaceX di Bica Chica, pada Ahad (15/5/2022). (Dok Biro Setpres RI)

ABATANEWS, JAKARTA — Ketidaksepakatan soal arah kebijakan pengeluaran negara membuat Elon Musk, miliarder dan CEO Tesla serta SpaceX, mundur dari perannya di pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Keputusan ini menandai akhir dari kolaborasi yang selama ini tampak solid antara dua tokoh besar dalam dunia bisnis dan politik Amerika.

Musk mengundurkan diri dari posisinya sebagai Pegawai Pemerintah Khusus di Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), setelah berselisih dengan Trump terkait RUU kontroversial bertajuk One Big, Beautiful Bill Act. Lewat akun media sosial X, Musk menuliskan perpisahan singkat namun bernada diplomatis:

“Karena jadwal saya sebagai Pegawai Pemerintah Khusus telah berakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Donald Trump atas kesempatan untuk mengurangi pemborosan pengeluaran.”

Baca Juga : Pesona Aktris Jepang Tenka Hashimoto yang Diduga Terima Donor Sperma dari Elon Musk

Namun, di balik pesan itu, tersimpan kritik tajam terhadap arah kebijakan anggaran Trump. Dalam wawancara dengan CBS News, Musk terang-terangan menyatakan kekecewaannya terhadap RUU yang dinilainya kontraproduktif terhadap misi DOGE.

“Sejujurnya, saya kecewa melihat RUU belanja besar-besaran yang meningkatkan defisit anggaran, bukan hanya menguranginya, dan merusak pekerjaan yang dilakukan tim DOGE.”

Musk menyebut DOGE — yang telah memecat puluhan ribu pegawai dan memangkas beberapa departemen — kini justru menjadi “kambing hitam” di tengah ketidakpuasan terhadap pemerintahan. Dalam wawancara terpisah dengan The Washington Post, Musk bahkan menyindir keras birokrasi AS.

Baca Juga : Ratusan Ribu Warga AS Tolak Kebijakan Trump, Elon Musk Dianggap Penjahat Kejam

“Situasi birokrasi federal jauh lebih buruk dari yang saya sadari… DOGE hanya menjadi kambing hitam untuk segalanya.”

RUU ‘One Big, Beautiful Bill Act’, yang saat ini sedang dibahas di Senat, merupakan pilar utama agenda domestik Trump. Meski menjanjikan pemotongan belanja dan keringanan pajak, para ekonom dan kritikus memperingatkan dampak buruknya terhadap sistem kesehatan dan defisit nasional. Musk pun menyampaikan pendapat sinisnya:

“Sebuah RUU bisa besar, atau bisa juga indah. Namun saya tidak tahu apakah keduanya bisa. Itu pendapat pribadi saya.”

Baca Juga : Elon Musk Dukung Trump di Pemilu AS 2024, Khawatirkan Masa Depan Demokrasi

Gedung Putih berusaha meredam perbedaan pendapat tersebut. Wakil Kepala Staf Trump, Stephen Miller, menegaskan lewat media sosial bahwa RUU itu “BUKAN RUU anggaran tahunan”, dan pemotongan DOGE akan dibahas terpisah sesuai prosedur Senat. Meski tidak menyebut Musk secara langsung, pernyataan itu jelas ditujukan untuk menanggapi kritik dari mantan pejabat DOGE tersebut.

Keputusan Musk untuk mundur tidak hanya berdampak pada pemerintahan, tapi juga bisnisnya sendiri. Tesla menjadi sasaran protes dan vandalisme, bahkan ada kendaraan yang dibakar. Laba perusahaan merosot, dan Musk mulai menarik diri dari kancah politik.

“Orang-orang membakar Tesla. Mengapa Anda melakukan itu? Itu benar-benar tidak keren,” ujarnya getir kepada Washington Post.

Baca Juga : Budi Arie Ungkap Tak Ada Kantor X di Indonesia

Sementara itu, SpaceX juga mengalami kemunduran setelah prototipe Starship meledak di Samudra Hindia, menambah tekanan pribadi bagi Musk. Ia pun menyatakan akan menghentikan pendanaan politik yang selama ini mengalir besar untuk mendukung Trump — mencapai seperempat miliar dolar.

Dengan mundurnya Musk, keretakan antara dunia teknologi dan kekuasaan politik semakin terlihat. Visi efisiensi ala Musk rupanya tidak berjalan seiring dengan realitas politik Washington.

Penulis : Azwar
Komentar