ABATANEWS – Perkembangan bahasa Indonesia terus meningkat pesat. Bahkan, bahasa Indonesia diklaim paling berkembang di seluruh dunia ketimbang bahasa induknya, yakni Melayu.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) E Aminudin Aziz mengatakan di tingkat internasional, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa terbesar di Asia Tenggara dan penyebarannya telah mencakup 47 negara di seluruh dunia. Bahkan pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) juga telah diselenggarakan oleh 428 lembaga.
“Baik yang difasilitasi oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, maupun yang diselenggarakan secara mandiri oleh pegiat BIPA, pemerintah, dan lembaga di seluruh dunia,” ujarnya dalam acara Bual Bicara Minda TV secara virtual Kamis lalu.
Baca Juga : 43 Negara Berpartisipasi dalam Lomba Berbahasa Indonesia
Ia menambahkan, bahasa Indonesia banyak menyerap istilah kosa kata dari bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan lain-lain. Selain itu, pengayaan kosa kata bahasa Indonesia berasal dari ratusan bahasa daerah yang ada di indonesia baik Jawa, Sunda, Madura, Banjar, Papua, maupun daerah lainnya.
Menurut catatan riset etnolog yang dilaporkan pada bulan Desember 2021, penutur bahasa Indonesia ada 199 juta. Sementara itu, penutur bahasa Melayu hanya 19 juta.
bahasa Melayu-Indonesia menurutnya, mempunyai bahasa yang serumpun tapi tidak serupa. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan penulisan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yang berbeda.
Baca Juga : Bahasa Indonesia Disetujui Menjadi Bahasa Resmi Sidang Umum UNESCO
“Perbedaan ini sangat jauh dan situasi (kompleksitas perkembangan bahasa Indonesia) ini yang belum tentu terjadi pada bahasa di negara lain seperti bahasa Malaysia,” ungkap Aminudin Aziz.
Titik tolak perkembangan bahasa Indonesia kata dia, terjadi pada peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan saat bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dimasukkan ke dalam Undang-undang Dasar (UUD) 1945 pada 18 Agustus 1945. Meski begitu, ia sepakat atas fakta bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
“bahasa Indonesia berkembang jauh melebihi asal muasalnya (bahasa Melayu) karena bahasa Indonesia setelah penetapan status diangkat menjadi bahasa negara terus dikembangkan korpusnya, kamusnya, ejaan, tata bahasanya hingga seperti sekarang,” jelasnya.
Baca Juga : Abdul Hayat Ajak Masyarakat Implementasikan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Sementara itu, bahasa Melayu bagi orang Indonesia adalah salah satu dari 718 bahasa daerah. Menurutnya, ketika di Indonesia ada yang menyebut bahasa Melayu, perspektifnya adalah bahasa daerah.
Merujuk data Badan Bahasa, di Indonesia ada 87 dialek bahasa Melayu. “Jika ada pernyataan mari kita perkasakan (jayakan) bahasa Melayu, jelas kami menolak,” tegas Aminudin Aziz.
Lebih pun menyinggung pernyataan Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Ismail Sabri Yaakob pada lawatannya ke Indonesia. Di mana saat itu, Dato membahas terkait memperkuat bahasa Melayu sebagai bahasa perantara antara kedua kepala negara, serta sebagai bahasa resmi ASEAN, disebut Aziz perlu dikaji ulang secara mendalam.
Baca Juga : Atdikbud Dorong Bahasa Indonesia Kembali Populer di Australia
“Jika ingin menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa ke-2 maka harus ada penerimaan dari seluruh anggota ASEAN. Karena ASEAN memiliki sistem bahwa setiap usulan harus disetujui oleh semua anggotanya,” pungkasnya.