ABATANEWS, SURIAH — Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa akan ada “balas dendam yang sangat serius” setelah dua tentara AS dan satu penerjemah sipil tewas dalam penyergapan di Suriah pada hari Sabtu.
“Tiga lainnya terluka dalam serangan itu, yang dilakukan oleh seorang anggota ISIS,” kata Komando Pusat AS dan Departemen Pertahanan dalam pernyataan dilansir CNN.
“Kami akan membalas,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih. Ia mengatakan negara itu berduka atas “kehilangan tiga patriot Amerika yang hebat” dan berdoa untuk tiga orang yang terluka, yang “tampaknya dalam keadaan cukup baik.”
Baca Juga : Xi Jinping Tekankan Stabilitas Hubungan China-AS di Tengah Gesekan Dua Kekuatan Dunia
Presiden mencatat kerja sama AS dengan pasukan Suriah. “Suriah, omong-omong, ikut berperang bersama kita,” kata Trump, menambahkan bahwa presiden baru Suriah “sangat terpukul dengan apa yang terjadi.”
Kantor Gubernur Iowa Kim Reynolds mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu malam bahwa para prajurit tersebut adalah anggota Garda Nasional negara bagian.
Pernyataan itu mengatakan nama-nama prajurit akan dirilis pada pukul 5 sore hari Minggu. Kantor Reynolds mengatakan tiga anggota Garda Nasional Iowa lainnya terluka, dua di antaranya segera dievakuasi ke fasilitas medis.
Baca Juga : Donald Trump Resmi Ganti Nama Departemen Pertahanan Jadi Departemen Perang
“Hati kami berat hari ini, dan doa serta belasungkawa terdalam kami bersama keluarga dan orang-orang terkasih dari prajurit kami yang gugur dalam tugas,” kata Reynolds.
“Saya meminta agar semua warga Iowa bersatu dalam mendukung mereka dan mendoakan mereka selama masa yang sangat sulit ini.”
Pernyataan tersebut menyebutkan sekitar 1.800 tentara Garda Nasional Angkatan Darat Iowa mulai dikerahkan ke Timur Tengah pada akhir Mei untuk mendukung Operasi Inherent Resolve, misi AS untuk mengalahkan ISIS.
Baca Juga : Pasca Pertemuan di Alaska, Senator AS Sebut Donald Trump Dipermalukan Putin
“Misi para tentara tersebut adalah untuk mendukung operasi kontra-ISIS/kontra-terorisme yang sedang berlangsung di wilayah tersebut,” tulis Sean Parnell, juru bicara utama Pentagon, dalam sebuah pernyataan pada tanggal X. Ia menambahkan bahwa nama-nama korban tewas dirahasiakan hingga keluarga terdekat diberitahu.