Warga Gowa Optimis Penegakan Hukum di Indonesia Adil dan Merata di Tangan Ganjar-Mahfud
ABATANEWS, GOWA – Warga Gowa, Sulawesi Selatan optimistis penegakan hukum akan berjalan adil dan merata jika Indonesia dipimpin oleh Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Hal itu disampaikan oleh salah seorang warga, Juan (26) dalam acara pagelaran seni tradisional Bugis-Makassar yang diinisiasi sukarelawan Gerakan Pemuda dan Perempuan Gowa di Desa Pangkabinanga, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada Sabtu (21/10/2023) malam.
“Menurut saya Pak Ganjar itu berwibawa, dia tegas, apalagi terbukti dengan dia berhasil sebagai Gubernur Jawa Tengah selama dua periode. Pak Mahfud MD itu kan Menkopolhukam, saya rasa dia lebih tegas karena dia kan orang hukum,” ujar Juan.
“Harapan saya untuk pasangan Pak Ganjar dan Pak Mahfud MD itu semoga Pak Ganjar dan Pak Mahfud MD menjadi presiden dan wakil presiden 2024. Dan hukum di Indonesia lebih adil dan merata serta tidak tumpul ke atas dan lebih tajam ke bawah,” lanjut dia.
Juan juga mengapresiasi positif upaya pelestarian budaya yang digelar simpatisan Ganjar-Mahfud lewat pagelaran seni.
Menurut dia, dengan diadakannya pertunjukan dapat meningkatkan daya tarik masyarakat khususnya milenial untuk makin mencintai seni tradisional yang disuguhkan yaitu seni tradisional Bugis-Makassar.
“Menurut saya bahwa kebudayaan Bugis-Makassar itu di kalangan anak muda sedikit terlupakan. Jadi acara pada malam hari ini berperan penting untuk meningkatkan daya tarik serta pengetahuan untuk kalangan anak muda penerus bangsa,” jelas Juan.
Korwil Gerakan Pemuda dan Perempuan Gowa Daeng Bella mengatakan, momentum ini sebagai upaya untuk merawat eksistensi budaya agar tetap lestari sepanjang masa.
Bertajuk “Nakku’ Ri Pangngadakkang” yang bermakna rindu akan kebudayaan, pertunjukan tersebut pun berhasil memukau para penonton dan makin meningkatkan rasa cinta mereka terhadap keragaman budaya bhinneka tunggal ika.
Di bawah langit malam, pelbagai tarian tradisional Bugis-Makassar disuguhkan seperti tarian aru tubarania, tari padduppa, pakarena, pepe’ pepeka ri makka, pakacaping, dan dimeriahkan penampilan rampak gendang.
Seketika suasana keheningan malam di desa itu pun pecah dan berubah menjadi keramaian musik tradisional yang saling bersahutan. Kerlap kerlip lampu menghiasi setiap sudut area panggung yang dipenuhi oleh ratusan penonton.