Tsunami Covid-19 Rusia; Dokter Stres dan Kelelahan, Tempat Tidur Penuh

Tsunami Covid-19 Rusia; Dokter Stres dan Kelelahan, Tempat Tidur Penuh

ABATANEWS – Dalam sepekan terakhir, rata-rata kasus Covid-19 di Rusia mencapai 39 ribu orang dalam satu hari.

Akibatnya, dokter-dokter di Rusia saat ini mengalami tekanan yang luar biasa akibat lonjakan kasus Covid-19.

Juru bicara Kremlin (pemerintahan Rusia), Dmitry Peskov, mengatakan para dokter yang bekerja di zona merah tengah menghadapi “stres emosional dan fisik yang ekstrem.”

“Tentu saja situasi sekarang ini tidak mudah. Tempat tidur perawatan penuh, dan belakangan ini, situasi tidak menjadi semakin mudah,” kata Peskov kepada wartawan pada Senin (1/11), dikutip dari Reuters via kumparan.

“Ini adalah beban yang berlebihan dan luar biasa bagi dokter-dokter kita, yang menunjukkan kepahlawanan terhadap apa yang saat ini sedang terjadi,” imbuhnya.

Rusia merupakan salah satu negara yang paling buruk terdampak pandemi Covid-19. Memasuki musim gugur, kasus dan kematian terus meroket. Jumlah pasien meninggal melampaui 1.000 jiwa per hari.

Pemerintah Rusia mencatat pada Senin (1/11), kasus bertambah 40.402 orang dan kematian 1.155 jiwa. Angka ini menurun sedikit dari puncaknya, yaitu 40.993 kasus pada Minggu (31/10) menurut data Worldometers.info.

Rusia telah memproduksi dan mendistribusikan vaksin Sputnik V. Namun, jumlah warga yang divaksinasi tergolong rendah. Menurut data dari Our World in Data, baru 33% penduduk yang sudah divaksinasi dosis penuh.

Banyak warga Rusia yang enggan divaksinasi akibat sentimen anti-vaksin dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah.

Eks presiden dan mantan perdana menteri, Dmitry Medvedev, menegaskan perlunya meningkatkan cakupan vaksinasi masyarakat.

“Jika kita tidak menemukan cara untuk menyadarkan orang dari rasa tak bertanggung jawabnya–bahkan, kasarnya, perilaku antisosial mereka–kita akan menghadapi masa-masa yang lebih sulit,” kata Medvedev kepada harian Rossiiskaya Gazeta.

Akibat lonjakan kasus COVID-19 Pemerintah Rusia sampai dituduh terlalu meremehkan pandemi.

Bahkan, data oleh badan statistik Rosstat menunjukkan, kematian akibat COVID-19 pada September mencapai 44.265 jiwa–hampir dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan data pemerintah.

Berita Terkait
Baca Juga