Pemkab Maros Optimistis Kopi Mallawa Bisa Tembus Market Internasional
ABATANEWS, MAROS — Puluhan petani kopi dari berbagai desa di Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, mengikuti Bimtek dan Pelatihan Budidaya Kopi, Rabu (26/10/2022).
Kegiatan ini merupakan bentuk keseriusan Pemerintah Kabupaten Maros untuk mewujudkan Kopi Mallawa go Internasional.
Wakil Bupati Maros, Suhartina Bohari mengatakan Bimtek ini melibatkan perusahaan produsen kopi yang fokus memasarkan kopi produk lokal, Javanero Indonesia.
“Kita lakukan Bimtek dan bekerjasama dengan pihak ketiga, Javanero dimana kita ketahui merupakan spesialis kopi, yang mana semua kopi yang dipegang beliau sukes go Internasional. Kami berharap kopi Mallawa juga demikian,” ujar wanita yang akrab disapa HaTi itu.
Ia pun bertekad program kopi Mallawa go Internasional ini bisa diwujudkan pada akhir tahun 2022 ini.
Apalagi, pada pembukaan Bimtek ini, pihak Javanero telah memperlihatkan kopi Mallawa dengan kemasan dan cita saya yang sudah diproses dengan sangat baik.
“Hingga di tanggal 31 Desember nanti, saya pastikan, meski satu biji kopi Mallawa, sudah ada di luar Indonesia. Hari ini kami sudah lihat kopi Mallawa yang sudah dipacking dan diproses dengan baik, kami semakin yakin,” tuturnya.
Untuk pengembangan kopi Mallawa ini, kata dia, pihaknya menyediakan anggaran senilai Rp 1 M dan lahan seluas 150 hektar.
“Kami mulai memperbaiki dari pemilihan bibit, pengolahan hingga pengemasannya, sehingga kami menganggarkan Rp 1 M pada APBD perubahan,” sebutnya.
Tak sampai disitu, dirinya secara pribadi juga akan mendirikan cafe di Kecamatan Turikale untuk membantu promosi kopi Mallawa ini.
“Nama cafenya Yellow Cafe dan hanya menyediakan produk kopi Mallawa, dimana sistemnya kami hanya menyediakan coffee maker kepada pengunjung sehingga mereka bisa membuat kopi sendiri dan gratis sampai akhir tahun,” imbuhnya.
PT Javanero Indonesia Coffee, Teddy K Somantri mengatakan kopi Mallawa ini memang memiliki potensi untuk dikembangkan ke tingkat internasional.
Hanya saja, pengolahan yang dilakukan petani belum maksimal, sehingga cita rasa asli dari kopi Mallawa ini belum terasa.
“Ketika pertama saya mencoba kopi Mallawa, saya mengakui bahwa l belum bisa masuk standar internasional, tapi setelah lihat ke lapangan, potensinya itu ada, namun mungkin karena belum mendapatkan bimbingan teknis mengenai pengelolaan kopi sehingga rasa di kopinya belum kelihatan namun setelah saya mencoba meroastingnya sendiri, kelihatannya bisa,” sebutnya.
Makanya, melalui Bimtek ini, ia akan membimbing petani untuk mengelola kopi Mallawa sesuai standar selama sebulan.
“Bersama petani kopi, saya mau memetik kopi dan kita proses sesuai standar, kira-kira di akhir November kita akan punya 10 kg dan akan saya bawa langsung ke Eropa untuk dipasarkan,” tutupnya.