Pemerintah RI Siapkan Skenario Gelombang Ketiga Covid-19 Varian Mu
ABATANEWS, JAKARTA — Covid-19 varian Mu kini telah dideteksi di 39 negara. Tak terkecuali di Asia yakni di Jepang dan Hongkong.
Hal ini menjadi kecemasan Pemerintah Indonesia akan kemungkinan munculnya gelombang ketiga Covid-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyampaikan keresahan yang sama terhadap varian Mu atau B.1.621.
Seperti diketahui, WHO mengumumkan adanya varian Covid-19 bernama Mu, yang pertama kali ditemukan di Kolombia pada Januari lalu.
Badan PBB itu mengatakan varian tersebut memiliki mutasi yang menunjukkan risiko resistensi terhadap vaksin dan menekankan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahaminya.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso mengatakan berdasarkan informasi yang dia dapatkan, saat ini varian Mu tersebut sudah ditemukan di kawasan Asia, yakni di Jepang dan Hong Kong.
“Di Asia dibawa oleh pendatang di Hong Kong. Di Hong Kong break pertama jenis ini ditemukan pada Januari. Sudah (tersebar) di 39 negara untuk virus jenis ini,” jelas Suharso dalam pertemuan dengan media di kantornya, Kamis (2/9/2021).
“Kami di Bappenas diberi mandat dan ditugasi oleh negara untuk menyusun ini, dan harus mempertimbangkan hal ini. Karena bagaimanapun juga faktor-faktor strategi internasional dan faktor lingkungan harus menghitungkan langkah-langkah itu,” kata Suharso melanjutkan.
Oleh karena itu, Suharso dalam paparannya menyebutkan terjadi adanya potensi gelombang ketiga di Indonesia. Namun, pemerintah berharap penularan gelombang ketiga bisa diantisipasi jika masyarakat patuh menjalani protokol kesehatan.
“Gelombang ketiga, kita harapkan tidak terjadi. Sekarang yang menjadi concern (pemerintah) sudah ada untuk mengantisipasi varian Mu,” jelas Suharso.
“Dalam kondisi vaksinasi merupakan game changer utama yang lebih permanen,” kata Suharso melanjutkan.
Disebutkan, dalam paparannya, potensi gelombang ketiga bisa terjadi karena menurut Bappenas, social distancing dan masker tidak menimbulkan kekebalan, tapi hanya membantu untuk mencegah infeksi.
Selain itu, kenaikan kasus akan terjadi kembali ketika social distancing dan penggunaan masker dilonggarkan.