Pekan Depan Xi Jinping dan Joe Biden Bertemu, Bahas Apa?
ABATANEWS – Gedung Putih mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan menggelar pertemuan virtual dengan Presiden China Xi Jinping pada Senin (15/11) mendatang.
Washington berharap pertemuan ini dapat menciptakan stabilitas di tengah ketegangan antar dua perekonomian terbesar di dunia.
Diharapkan pertemuan ini merupakan pertemuan paling ekstensif kedua pemimpin selama pemerintahan Biden. Pertemuan ini adalah lanjutan dari percakapan melalui sambungan telepon pada 9 September lalu.
Washington dan Beijing berselisih dalam sejumlah isu mulai dari asal usul Covid-19 sampai perluasan senjata nuklir China. Pejabat pemerintah AS yakin keterlibatan langsung Xi merupakan cara terbaik untuk mencegah perselisihan menjaga konflik.
“Kedua pemimpin akan membahas cara untuk mengelola kompetisi dengan bertanggung jawab serta cara untuk bekerja sama saat kepentingan kami terkait,” kata Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki dalam pernyataannya, Jumat (12/11).
“Presiden Biden akan menegaskan maksud dan prioritas AS dan menjelaskan dan jujur mengenai keprihatinan kami,” tambahnya.
Beijing juga ingin menghindari konfrontasi sebab Xi akan menjalani tahun penting di mana China menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin serta Kongres Partai Komunis di mana tampaknya ia akan kembali berkuasa di periode ketiga.
Seorang pejabat AS mengatakan Biden akan menegaskan ia menyambut baik kompetisi ketat dengan China tapi tidak menginginkan konflik. Biden juga akan mengecilkan kemungkinan daftar panjang hasil yang sering dikaitkan dengan pertemuan tingkat tinggi.
“Pertemuan ini tidak mencari hasil atau pelaksanaan spesifik saat kami bersaing dengan RRC (Republik Rakyat China). Presiden Biden berharap Presiden Xi dan RRC akan bermain sesuai aturan dan ia akan menyampaikan selama pertemuan,” kata pejabat tersebut.
Pertemuan ini digelar setelah Biden menandatangani kesepakatan infrastruktur bipartisan senilai 1 triliun dolar dalam sebuah perayaan besar Senin (8/11) lalu. Pemerintah Biden merayakan rencana domestik yang presiden yakini akan membuat AS mampu bersaing dengan China.
Pejabat pemerintah AS tidak yakin kemungkinan kemanjuan dalam perdagangan di mana China belum memenuhi komitmen membeli barang dan jasa AS senilai 200 miliar dolar AS. Namun Cina terus mendorong AS untuk meringankan tarif barang senilai miliaran dolar AS yang diberlakukan mantan presiden Donald Trump. Beijing berpendapat keringanan tarif dapat bermanfaat bagi kedua belah untuk melonggarkan inflasi dan mendorong lapangan pekerjaan.
Sumber: republika.co.id