Nasihat Lukmanul Hakim
Penulis: Usman Lonta (Anggota DPRD Sulsel Fraksi PAN)
SUATU ketika, majikan Lukmanul Hakim menyodorkan seekor kambing untuk disembelih. Dan diperintahkan untuk membuat makanan paling enak dari bahan daging kambing yang disembelihnya.
Maka tanpa banyak bicara Lukmanul Hakim langsung menyembelih dan mengambil hati dan lidah kambing tersebut. Lalu dibawakan ke hadapan sang majikan.
Beberapa hari kemudian majikan memerintahkan lagi Lukmanul Hakim untuk membuatkan makanan paling buruk. Dan Lukmanul hakim menyembelih seekor kambing kemudian membawakan lagi hati dan lidah kepada majikannya.
Setelah melihat yang dibawakan adalah hati dan lidah, maka majikan Lukmanul hakim, marah, kesal. Sang majikan bahkan berkata dengan nada tinggi.
“Hai Lukman… Bukankah saya menyuruh mu untuk membuat makanan paling buruk? Kenapa kau bawa hati dan lidah seperti kemarin ketika saya menyuruh mu membuat makanan paling enak,”
Atas peristiwa inilah Lukmanul Hakim memberikan nasehat kepada majikannya. Lukmanul Hakim berkata, “wahai tuanku.. hati dan lidah ini adalah sumber kebajikan, sekaligus menjadi sumber buruknya ucapan dan perilaku manusia,”
“Dengan hati yang bersih akan keluar ucapan dari lidahnya, ucapkan yang penuh makna dan bermanfaat, dengan hati yang hasad, dengki penuh prasangka buruk,”
“Maka akan keluar dari lisannya ucapan yang buruk, yang membuat orang lain tersinggung, dan akan melahirkan perilaku yang buruk pula,”
Sang majikan tertekun mendengar nasehat Lukmanul Hakim yang sarat makna dengan gaya bahasa metapor. Marah kah sang majikan diberi nasehat oleh budaknya?, Apakah ada ancaman pemecatan?
Rupanya tidak, malah sang majikan berterima kasih dan membebaskan Lukmanul Hakim sebagai budak. Mungkin inilah salah satu referensi Kr. Pattingalloang sehingga menyampaikan 5 pesan penyebab hancurnya suatu kerajaan.
Satu diantara pesan tersebut adalah Raja harus senantiasa menerima nasehat agar kerajaan/pemerintah tidak rusak. Wallahu a’lam bishshawab.