Mahasiswa FISIP Unhas Gelar Pameran Produk Kewirausahaan Berbasis Kearifan Lokal Empat Desa

ABATANEWS, MAKASSAR — Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin menggelar pameran produk kewirausahaan dan pemberdayaan masyarakat di pelataran FISIP Unhas, Selasa (18/11/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari tugas Mata Kuliah Kewirausahaan dan Pemberdayaan Masyarakat Departemen Ilmu Pemerintahan.
Pameran ini dibimbing oleh tim dosen pengampu, yakni Prof. Dr. Rabina Yunus, M.Si., Dr. Irwan Ade Saputra, S.IP., M.Si., dan Zulham Arief, S.H., M.Kn. Kegiatan tersebut menjadi puncak pembelajaran yang memadukan teori perkuliahan dengan pendampingan langsung di lapangan.
Empat kelompok mahasiswa memamerkan produk olahan berbasis potensi lokal dari empat desa pada dua kabupaten, masing-masing:
*Purple Puff Roll* — Lumpia ubi ungu, Desa Bontoala, Kabupaten Gowa.
*Brixcel.Co* — Briket tempurung kelapa ramah lingkungan, Desa Panciro, Kabupaten Gowa.
*Bontaste* — Abon ikan nila dengan cita rasa khas Makassar, Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros.
*Payapure.id* — Selai pepaya organik, Desa Lekopancing, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros.
Selain memproduksi olahan, mahasiswa juga memberikan edukasi dan pendampingan mulai dari pengolahan bahan, manajemen usaha, hingga strategi pemasaran. Sebelum turun ke lapangan, mereka dibekali materi kewirausahaan, teori pemberdayaan masyarakat, konsep SDGs, dan pendekatan pemasaran.
FISIP Unhas berharap kegiatan ini dapat memberi kontribusi nyata terhadap peningkatan ekonomi desa dan menjadi sarana pembelajaran praktis bagi mahasiswa untuk memahami dinamika pemberdayaan masyarakat secara langsung.
Joaquin Farrell Mantino, mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan sekaligus Ketua Kelas Mata Kuliah Kewirausahaan dan Pemberdayaan Masyarakat, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari materi pembelajaran yang dikembangkan menjadi program praktik lapangan.
Menurut Joaquin, pameran empat produk — abon ikan nila, selai pepaya, lumpia ubi ungu, dan briket — bertujuan memberi ruang bagi mahasiswa untuk memperkenalkan inovasi masing-masing kelompok, menguji respons pasar, serta mengasah keterampilan promosi, branding, dan komunikasi.
Ia mengatakan bahwa respon masyarakat selama kegiatan cek lokasi sangat positif. Produk pangan dinilai menarik dan mencerminkan identitas kuliner lokal, sementara briket mendapat apresiasi karena memberi solusi pemanfaatan limbah tempurung kelapa menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan.
Joaquin menambahkan bahwa kegiatan ini bukan program rutin, melainkan proyek pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mata kuliah. Meski begitu, kegiatan dapat dikembangkan menjadi program lanjutan jika diperlukan.
Ia juga menjelaskan bahwa pemilihan empat desa didasarkan pada potensi lokal yang beragam, kesiapan masyarakat untuk dibina, serta kesesuaian antara karakteristik desa dengan jenis produk yang dikembangkan mahasiswa. Pertimbangan aksesibilitas dan dukungan mitra lokal turut memastikan pendampingan berjalan efektif.