Lelaki Tajir Ini Langsung Gigit Pisang yang Dibelinya Seharga Rp99,5 Miliar
ABATANEWS, AMERIKA SERIKAT — Dalam dunia seni konseptual, karya bertajuk Comedian karya seniman Italia Maurizio Cattelan kembali mencuri perhatian.
Karya yang menampilkan sebuah pisang yang ditempel dengan lakban ini baru saja terjual dalam lelang Sotheby’s di New York dengan harga fantastis, yaitu US$ 6,2 juta atau sekitar Rp 99,5 miliar.
Pengusaha kripto Justin Sun menjadi pemenang lelang setelah bersaing dengan enam penawar lainnya.
Namun, cerita tak berhenti di situ. Justin Sun, yang dikenal sebagai tokoh di dunia teknologi blockchain, langsung menarik perhatian publik ketika ia memakan pisang tersebut di depan awak media. Sambil menikmati pisang yang menjadi bagian dari karya seni tersebut, Sun memberikan komentarnya.
“Ini jauh lebih baik daripada pisang lainnya,” kata Sun, seperti dikutip dari AFP pada Minggu (1/12/2024).
Tindakannya ini memicu diskusi luas, tidak hanya tentang nilai seni dari Comedian, tetapi juga tentang pandangan terhadap seni konseptual secara umum.
Karya ini memang telah menjadi bahan perdebatan sejak debutnya di pameran Art Basel 2019 di Miami Beach, yang kala itu juga memancing pertanyaan: Apakah sebuah pisang yang ditempel lakban dapat dianggap sebagai seni?
Menariknya, Sun membandingkan seni konseptual seperti Comedian dengan seni berbasis NFT (Non-Fungible Token) dan teknologi blockchain.
“Sebagian besar objek dan idenya ada sebagai (kekayaan intelektual) dan di internet, bukan sesuatu yang fisik,” ujarnya.
Pandangan ini membuka ruang diskusi lebih lanjut tentang bagaimana seni dipersepsikan di era digital.
Pemilik karya Comedian juga memberikan sertifikat keaslian untuk memastikan karya tersebut tetap dianggap otentik, meski pisang sebagai bagian fisiknya dapat diganti.
Hal ini menyoroti konsep seni sebagai ide yang tak lekang oleh waktu, meski media fisiknya mungkin bersifat sementara.
Justin Sun juga sempat melontarkan pertanyaan satir sebelum memenangkan lelang, mengenai bagaimana pisang yang membusuk dapat memengaruhi nilai karya seni tersebut.
Pernyataan ini seolah mengundang refleksi tentang seni konseptual di era modern, yang kerap kali melibatkan unsur absurditas namun tetap berhasil menembus batasan tradisional seni.
Langkah Sun dalam memadukan aksi provokatif dengan komentar filosofis tampaknya menjadi cara untuk menjembatani dua dunia: seni konseptual dan teknologi blockchain. Keduanya sama-sama mengandalkan ide sebagai nilai utama, meski bentuknya bisa sangat berbeda.