Jembatan Haji Bohari Mulai Dibongkar, Anak SD Numpang Sekolah

Jembatan Haji Bohari Mulai Dibongkar, Anak SD Numpang Sekolah

ABATANEWS, MAROS – Pembongkaran Jembatan Haji Bohari di Dusun Pakere, Desa Bontotallasa, Kecamatan Simbang, dimulai.

Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUTRPP Maros, Muhammad Alif Husnaeni, mengatakan, proses pembongkaran kini tengah berjalan di lapangan.

“Waktu yang diberikan sampai tanggal 30 Desember 2025, tapi info dari pelaksananya, mereka usahakan selesai sebelum waktu itu,” katanya, Jumat (12/12/2025).

Ia mengingatkan warga agar tidak mendekati atau melintas di area kerja selama proses pembongkaran berlangsung.

“Untuk menghindari potensi hazard, sementara masyarakat bisa menyeberang lewat Jembatan Ammarang,” katanya.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maros juga menyiapkan langkah antisipasi bagi siswa yang terdampak perubahan akses akibat pekerjaan jembatan tersebut.

Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Maros, Zainuddin, mengatakan, untuk anak SD yang tinggal di luar dan sekolahnya berada di dalam wilayah, sementara akan ditampung di sekolah luar.

“Mereka ditampung di SDN 136 Inpres Bontotallasa,” ujarnya.

Sementara itu, siswa SMP yang tinggal di dalam wilayah dan bersekolah di luar masih dapat beraktivitas karena jalur alternatif tetap tersedia, meskipun harus memutar melalui jalan lingkar.

“Untuk SMP masih pendataan dan kami serahkan pada hasil musyawarah antara orang tua dan pihak sekolah, apakah ditumpangkan atau dipindahkan secara permanen ke sekolah sekitar,” tambahnya.

Bupati Maros, Chaidir Syam, menegaskan tahap awal pekerjaan adalah pembersihan material jembatan lama sebelum pembangunan baru dimulai.

“Kalau tidak dibersihkan, banyak hal yang bisa terjadi. Siapa yang mau tanggung jawab kalau ada orang yang masih menggunakan jembatan itu padahal rawan,” katanya.

Ia menjelaskan material jembatan yang dibiarkan dapat memicu risiko tambahan, termasuk potensi tersangkutnya pohon besar saat hujan deras yang dapat menyebabkan banjir.

“Kami harap warga memahami alur kerjanya. Setelah pembersihan baru akan dibangun fondasi di sana,” jelasnya.

Chaidir juga mengungkapkan sebelumnya ada usulan pembangunan jembatan darurat sebagai akses sementara, namun pihaknya memutuskan menolak usulan tersebut.

“Di sana masih ada akses lain, ada jalan Allatengae, Tanralili. Siapa yang menjamin jembatan darurat? Jangan lihat enaknya, kami utamakan keamanan warga,” tegasnya.

Menurutnya, jembatan darurat justru berisiko membahayakan masyarakat.

“Kami khawatir kalau ada warga yang tengah malam menyeberang, itu sangat berbahaya,” ujarnya.

Chaidir menyebut rekonstruksi ulang jembatan membutuhkan anggaran sekitar Rp25 miliar.

Pada 2026, pembangunan akan dimulai dari fondasi melalui skema multiyears yang diperkirakan memakan waktu 3–4 tahun.

Berita Terkait
Baca Juga