Jalan Terjal Budiman Kembali Kuasai ‘Kampung Nikel’ Versi LSI Denny JA
ABATANEWS, MAKASSAR — Pilkada Luwu Timur merupakan salah satu perhelatan politik yang terbilang sangat seksi di Sulawesi Selatan. Alasannya sederhana, di sana ada perusahaan pertambangan yang tentu memiliki dampak ekonomi yang besar di Kabupaten Luwu Timur. Yaitu PT Vale Indonesia.
Saat ini, Luwu Timur dipimpin duet Budiman dan Akbar Andi Leluasa. Namun, langkah Budiman-Akbar untuk kembali menguasai ‘kampug nikel’ terbilang sangat berat.
Hal itu setidaknya tercermin dari survei politik yang dilakukan oleh LSI Denny JA, pada 3-9 Juni lalu. Dalam survei tersebut, hanya sebagain kecil masyarakat ‘yang menginginkan’ lagi keduanya jadi penguasa di Luwu Timur.
Cuma 36,5 persen responden survei LSI Denny JA yang mau Budiman kembali jadi Bupati. Sedangkan Akbar, hanya 14,8 persen yang mau bila kembali duduki posisi wakil dari Budiman.
Sementara yang sudah tidak mau Budiman jadi Bupati Luwu Timur lagi sebesar 35 persen. Lalu, yang tak mau Akbar jadi wakil lagi sebesar 35,5 persen.
Sedangkan ada 28,5 persen yang tidak menjawab terkait mau atau tidaknya Budiman kembali menjabat sebagai bupati. Dan 49,7 persen yang menyatakan hal serupa untuk posisi wakil bupati saat ini diisi oleh Akbar.
Selaras juga dengan hasil survei perihal tingkat keberhasilan (approval rating) Budiman-Akbar selama memimpin Luwu Utara.
Yang menilai Budiman sangat berhasil/cukup berhasil memimpin Luwu Timur ialah 63,1 persen. Sedangkan, cuma 33,6 persen raihan penilaian yang sama untuk Akbar.
Sementara, ada 26,8 persen yang menilai Budiman kurang berhasil/tidak berhasil sama sekali selama memimpin Luwu Timur sejak tahun 2021. Dan angkanya mirip dengan wakilnya, yang cuma meraup angka 26,4 persen sejak Akbar dilantik jadi Wakil Bupati Luwu Timur pada tahun 2023 lalu.
Ada sekitar 10,1 persen yang tidak memberikan jawaban perihal tingkat keberhasilan Budiman selama berkuasa. Dan 40 persen yang tidak memberi penilaian untuk Akbar.
Peneliti senior LSI Denny JA, Ikrama Masloman, menyebut, angka ini terbilang sangat rendah untuk Budiman dan Akbar untuk kembali bertarung di arena pilkada.
“Kita tahu, banyak petahana yang kuat itu ketika tingkat keberhasilan atau approval rating-nya di atas 70 persen,” ucap Ikrama saat memaparkan hasil surveinya (31/7/2024).
Ia memberi contoh. Seperti Joko Widodo yang tingkat approval rating-nya berada di angka 80 persen di akhir masa jabatannya. Begitu juga, kata Ikrama, dengan posisi Rita Widyasari di Kutai Kertanegara jelang pilkada tahun 2015 lalu berada di angka 85 persen.
“Bahkan Ridwan Kamil (jelang Pilgub Jawa Barat 2018) approval rating-nya (di Kota Bandung) hampir 90 persen,” jelas Ikrama.
Makanya, berdasarkan data tersebut, Ikrama menilai, tingkat keinginan masyarakat untuk kembali dipimpin oleh Budiman dan Akbar terbilang rendah.
“Karena kalau petahana yang kuat, tingkat keinginan kembali masyarakat untuk dipimpin oleh figur tersebut biasanya di atas 50 persen,” kata Ikrama.
Survei tersebut dilakukan pada 3-9 Juni 2024, yang melibatkan 440 responden. Survei ini menggunakan metode dipilih secara acak atau multistage random sampling, dengan wawancara tatap muka sebagai metode pengumpulan data. Survei ini memiliki margin of error sebesar 4,8%.