Harga Minyak Dunia Melenting Akibat Kerusuhan Kazakhstan

Harga Minyak Dunia Melenting Akibat Kerusuhan Kazakhstan

ABATANEWS, MAKASSAR – Harga minyak dunia melonjak akibat demo besar-besaran yang berujung kerusuhan di Kazakhstan sejak pekan lalu. Diketahui, Kazakhstan merupakan anggota OPEC+ atau negara-negara pengekspor minyak.

Harga minyak mentah berjangka Brent naik sekitar 5 persen menyentuh angka US$83 per barel sejak Jumat (7/1/2022) lalu.

Kerusuhan tersebut telah menaikkan harga minyak, karena investor khawatir akan gangguan pasokan. Meski demikian, pasar uranium tampaknya tidak terlalu terpengaruh meskipun negara Asia Tengah itu menjadi produsen terbesar kedua di dunia.

Analis komoditas di Commerzbank Carsten Fritsch mengatakan harga minyak tersebut merupakan yang tertinggi sejak kemunculan Covid-19 varian omicron.

“Menempatkannya pada level tertinggi sejak penurunan harga minyak yang dipicu oleh kemunculan pertama varian omicron pada akhir November,” terang Carsten seperti diberitakan AFP yang dikutip dari CNNIndonesia, pada Ahad (9/1/2022).

Seperti diketahui, aksi protes di Kazakhstan menyebar ke seluruh wilayah negara tersebut sebagai kemarahan atas kenaikan harga bahan bakar gas cair (LPG).

Ribuan orang turun ke jalan di Almaty dan Mangystau dalam protes yang meluas hingga mencakup slogan-slogan anti-pemerintah. Kekerasan meletus ketika polisi menembakkan gas air mata dan granat kejut ke arah ribuan orang yang melakukan unjuk rasa di Almaty, Selasa (4/1/2022).

Pada Rabu (5/1/2022), demonstran menyerbu dan membakar gedung-gedung pemerintah. Karena hal tersebut, Kazakhstan mengumumkan keadaan darurat nasional.

Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev menolak seruan untuk berdialog dengan pengunjuk rasa pada Jumat lalu. ia bahkan mengizinkan pasukannya untuk menembak mati pendemo tanpa peringatan.

Menurut Administrasi Informasi Energi AS (EIA), Kazakhstan merupakan negara produsen minyak terbesar di Asia Tengah. Negara tersebut memproduksi sekitar 1,8 juta barel per hari pada tahun 2020.

Kazakhstan juga merupakan produsen minyak terbesar kedua setelah Rusia dalam kelompok produsen minyak utama OPEC+. Bank dunia mencatat hidrokarbon memberikan kontribusi 21 persen dari produk domestik bruto (PDB) 2020 negara itu.

Analis Minyak dari PVM Oil Associates Stephen Brennock menyebutkan produksi minyak oleh Tengizchevroil yang merupakan perusahaan minyak terbesar di Kazakhstan, sementara telah disesuaikan sebagai akibat dari aksi protes.

Meski demikian, beberapa analis juga mengatakan tidak ada indikasi produksi minyak telah terpengaruh secara serius. Pada hari Jumat, produksi di tiga ladang teratas negara itu dikatakan akan berlanjut.

Sementara itu, Analis minyak dari Markets.com Neil Wilson mengatakan kerusuhan di Kazakhstan adalah bullish atau kenaikan harga dalam jangka pendek. (*)

Berita Terkait
Baca Juga