Goenawan Mohamad Sebut Ada Polisi yang Larang Butet Bicara Politik, Singgung Orde Baru

Goenawan Mohamad Sebut Ada Polisi yang Larang Butet Bicara Politik, Singgung Orde Baru

ABATANEWS, JAKARTA — Sastrawan Goenawan Mohamad membuat cuitan di X yang menuai reaksi beragam dari warganet.

Ia menyebut ada oknum polisi yang melarang koleganya, Butet Kertaradjasa untuk berbicara politik dalam sebuah acara pementasan.

“Butet mentas. Ini pentas Indonesia Kita yg ke-41,” tulis Goenawan di akun X @gm_gm pada Selasa (5/12/2023).

Hanya saja, tak disebutkan di mana lokasi dan kapan peristiwanya. Ia pun melanjutkan cuitannya dengan memberi pernyataan yang tak terduga.

“Tapi kali ini luar biasa. Polisi datang dan minta Butet bikin statemen utk tidak bicara politik,” tulis pendiri Majalah Tempo itu.

“Sensor berlaku lagi. Orde Baru yg kejam sedang ditumbuhkan lagi?,” pungkas Goenawan.

Cuitan Goenawan langsung diserbu warganet. Banyak yang tak menyangka, larangan-larangan dalam pementasan kesenian kembali terjadi.

“Akan tiba masanya mereka juga menggeledah buku di rumah-rumah penduduk dan membakarnya. Menandai yang melawan untuk dimatikan keberaniannya. Menangkap tanpa alasan dan memenjara tanpa peradilan. Intel mengawasi hingga ke pematang dan jamban,” balas Islah Bahrawi lewat akunnya @islah_bahrawi.

“Katanya rezim Jokowi tidak seperti Orde Baru,” timpal akun lainnya @m_nurfatoni.

Seperti diketahui, baik Goenawan dan Butet belakangan banyak melontarkan kritik terhadap pemerintahan Joko Widodo.

Terkhusus setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan aturan syarat capres dan cawapres.

Butet malah pernah mengirim surat khusus kepada Presiden Jokowi usai MK mengubah syarat capres dan cawapres.

“Rakyat Indonesia bukan orang bodoh yang tak bisa membaca peristiwa. Rakyat punya kecerdasan ‘membaca’ yang tersembunyi di balik semua itu,” kata Butet dalam suratnya pada Oktober lalu.

“Saya sungguh tidak ingin legacy njenengan sebagai ‘role model’ pemimpin yang baik akan rontok. Sejak 1998, kami berjuang untuk lahirnya seorang presiden yang pantas dijadikan contoh, barometer, tauladan, yang bisa dimiliki bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya,” ujar Butet.

“Sekarang kami sudah memiliki, yaitu njenengan. Tinggal setahun lagi njenengan bekerja seperti kemarin-kemarin, kebanggaan itu akan abadi,” tambahnya.

“Dari tempat kami bekerja, saya hanya bisa mengingatkan selagi kesempatan itu masih ada. Saya tidak berpartai, tidak punya power apa pun, kecuali dengan ikhlas membantu njenengan (dari jauh) demi kebaikan bersama. Bantuan yang hari ini bisa saya berikan yaitu ngelingke (mengingatkan),” katanya.

Berita Terkait
Baca Juga