Gibran ‘Nyebrang’, Hasto: PDIP Sekarang Sedih dengan Luka Hati yang Perih

Gibran ‘Nyebrang’, Hasto: PDIP Sekarang Sedih dengan Luka Hati yang Perih

ABATANEWS, JAKARTA — Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menyampaikan kondisi internal partainya pasca pendaftaran capres-cawapres pada Pilpres 2024.

Hasto mengaku, partai berlambang moncong putih itu masih terperanga tak menyangka, salah satu kader terbaiknya, Joko Widodo memilih pilihan politik yang berbeda di Pilpres 2024.

Hal itu diindikasikan dengan didorongnya Gibran Rakabuming Raka, yang tak lain ialah putra sulung Jokowi, menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.

“PDI Perjuangan saat ini dalam suasana sedih, luka hati yang perih, dan berpasrah pada Tuhan dan Rakyat Indonesia atas apa yang terjadi saat ini. Ketika DPP Partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur Partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi,” kata Hasto dalam keterangan pers, pada Ahad (29/10/2023).

Seperti diketahui, Gibran merupakan Wali Kota Solo yang diusung PDIP pada Pilkada Serentak 2020 lalu. Gibran juga sebelumnya merupakan kader PDIP.

“Kami begitu mencintai dan memberikan privilege yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranatan kebaikan dan Konstitusi. Pada awalnya, kami hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi,” katanya lagi.

Menurut Hasto, seluruh simpatisan, anggota, dan kader PDIP belum selesai rasa lelahnya setelah terus menerus berturut-turut bekerja dari lima Pilkada dan dua Pilpres. Itu menjadi wujud rasa sayang jajaran partai kepada Jokowi dan keluarga.

“Pada awalnya kami memilih diam. Namun apa yang disampaikan Butet Kartaredjasa, Goenawan Muhammad, Eep Syaifullah, Hamid Awaludin, Airlangga Pribadi dan lain-lain beserta para ahli hukum tata negara, tokoh pro demokrasi dan gerakan civil society, akhirnya kami berani mengungkapkan perasaan kami,” terang Hasto.

Hasto menyampaikan, PDIP percaya bahwa Indonesia menjadi negeri di mana rakyatnya bertakwa kepada Tuhan. Indonesia merupakan negeri spiritual dan moralitas, nilai kebenaran, serta kesetiaan sangatlah di kedepankan.

“Apa yang terjadi dengan seluruh mata rantai pencalonan Mas Gibran, sebenarnya adalah political disobidience terhadap konstitusi dan rakyat Indonesia. Kesemuanya dipadukan dengan rekayasa hukum di MK. Saya sendiri menerima pengakuan dari beberapa ketua umum partai politik yang merasa kartu truf-nya dipegang. Ada yang mengatakan life time saya hanya harian, lalu ada yang mengatakan kerasnya tekanan kekuasaan,” ungkapnya.

“Semoga awan gelap demokrasi ini segera berlalu, dan rakyat Indonesia sudah paham, siapa meninggalkan siapa demi ambisi kekuasaan itu,” pungkas Hasto.

Berita Terkait
Baca Juga