Festival Salo’ Karajae Jadi Ajang Pedalaman Sejarah dan Budaya Parepare
ABATANEWS, PAREPARE – Ada yang berbeda dari perhelatan Festival Salo’ Karajae tahun ini. Pasalnya, selain pagelaran serta perlombaan bernuansa kearifan lokal dan budaya, Pemerintah Kota Parepare juga menggelar talkshow dengan menghadirkan pakar sejarah dan budaya dari Universitas Hasanuddin (Unhas).
Talkshow bertema “Sejarah Multikultural Parepare” ini menghadirkan beberapa orang pakar, seperti Dr Ida Liana Tanjung, Kepala Pusat Kajian Pariwisata dan Kebudayaan (LPPM) Universitas Hasanuddin, juga hadir Dr Ilham Daeng Makkelo, Ketua Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin (Unhas). Selain keduanya, juga dikuatkan wawasan budaya dari Pemerhati Budaya, H Minhajuddin Achmad.
Kegiatan digelar di panggung utama Festival Salo’ Karajae, Kota Parepare, Jumat, (2/6/2023).
Talkshow ini nampaknya menarik perhatian dan antusias para Pengunjung yang memadati area Festival Pesisir terbesar di Sulsel itu.
Meski singkat, namun mereka memanfaatkan untuk berinteraksi dan memperdalam wawasan mereka perihal kebudayaan di Kota Parepare yang sangt dipengaruhi oleh akulturasi budaya.
“Saya senang sekali mengikuti talkshow yang digelar di Festival Salo’ Karajae. Rasa-rasanya sangat singkat tetapi luar biasa ilmu yang kami peroleh karena selama ini kami tidak paham bagaimana budaya Parepare padahal kami sekarang sudah menjadi warga Parepare. Termasuk tadi bagaimana orang luar mempengaruhi budaya kita, seperti kulinernya, ada Mantau karena akulturasi budaya dari orang Cina, ada Tari Jeppeng, akulturasi budaya Arab. Masya Allah semoga kegiatan seperti ini berkesinambungan,” ujar Abdul Malik, Mahasiswa asal IAIN yang ikut dalam Talkshow berdurasi satu jam lebih itu.
Kepala Disporapar Parepare, Amarun Agung Hamka mengatakan, kegiatan Talkshow tersebut bertujuan memberikan penguatan pemahaman warga dan pendatang perihal kebudayaan Parepare. “Jika masyarakat sudah paham dengan budayanya tentu akan menjadi penguat cinta terhadap kotanya, di mana kota ini dibangun dengan cinta dengan tidak menanggalkan jejak sejarah, termasuk multikultural sebagaimana yang digaungkan oleh Bapak Wali Kota Parepare,” papar Hamka, sapaan karib dia.