Elon Musk Dukung Trump di Pemilu AS 2024, Khawatirkan Masa Depan Demokrasi
ABATANEWS, JAKARTA — Miliarder sekaligus pendiri Tesla, Elon Musk, kembali mencuri perhatian publik dengan menyatakan dukungannya terhadap Donald Trump dalam Pemilu AS 2024. Dalam wawancara eksklusif yang disiarkan langsung pada Senin (7/10/2024), Musk mengungkapkan kekhawatirannya terkait masa depan demokrasi Amerika jika Kamala Harris, wakil dari Partai Demokrat, memenangkan pemilihan.
Musk tidak hanya tampil bersama Trump dalam sebuah rapat umum akhir pekan, tetapi juga menggunakan wawancara selama dua jam dengan Tucker Carlson, mantan pembawa acara Fox News, untuk menyuarakan pandangan politiknya.
Pernyataan Musk semakin memanaskan suasana politik, dengan mengutarakan bahwa kemenangan Trump adalah satu-satunya cara untuk mencegah apa yang ia sebut sebagai “ancaman terhadap demokrasi.”
“Menurut saya, jika Trump tidak memenangkan pemilihan ini, ini adalah pemilihan terakhir yang akan kita adakan,” tegas Musk dalam wawancaranya.
Kontroversi semakin meluas saat Musk membahas isu imigrasi ilegal, yang menurutnya sengaja diarahkan ke negara bagian yang menjadi medan pertempuran politik. Musk berpendapat bahwa imigran ilegal ini berpotensi dipekerjakan dan diberikan kewarganegaraan untuk mendukung Partai Demokrat dalam pemilu mendatang.
“Jika ada empat tahun lagi pemerintahan Demokrat, mereka akan melegalkan begitu banyak imigran ilegal sehingga Amerika akan berubah menjadi negara satu partai,” katanya.
Dukungan Musk terhadap Trump dan pandangan kontroversialnya mengenai imigrasi memperlihatkan bahwa dia semakin aktif dalam politik, terutama menjelang pemilu.
Tidak berhenti di situ, Musk juga berencana menggelar kampanye di sejumlah negara bagian penting dalam beberapa minggu mendatang, yang diprediksi akan memperkuat basis suara sayap kanan.
Dengan latar belakangnya sebagai pengusaha teknologi ternama dan pengaruhnya yang besar di kalangan masyarakat, langkah Musk ini bisa berdampak besar pada dinamika politik Amerika Serikat. Namun, tidak sedikit yang menganggap pernyataannya sebagai alarm yang berlebihan dan justru bisa memicu perpecahan lebih dalam di tengah masyarakat.