Dicap Tak Jago Main Basket, Michael Jordan Nyaris Jadi Orang Biasa-biasa Saja

Dicap Tak Jago Main Basket, Michael Jordan Nyaris Jadi Orang Biasa-biasa Saja

ABATANEWS, JAKARTA — Michael Jordan, nama yang tak asing lagi bagi para pecinta bola basket di seluruh dunia, pernah mengalami kegagalan yang hampir meruntuhkan mimpinya.

Ketika duduk di bangku SMA, Jordan sempat dikeluarkan dari tim basket sekolahnya. Keputusan ini didasari karena tinggi badan Jordan yang dianggap kurang ideal saat itu, serta kemampuannya yang dianggap belum mumpuni dibandingkan dengan rekan-rekan setimnya.

Namun, kegagalan ini bukanlah akhir dari perjalanan Jordan. Sebaliknya, peristiwa ini justru menjadi titik balik dalam hidupnya.

Ia berlatih lebih keras, berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan basketnya, dan dengan dukungan dari keluarganya, Jordan berhasil masuk kembali ke tim basket SMA Laney di Wilmington, Carolina Utara, pada tahun berikutnya.

Kesuksesannya di tim basket SMA mengantarkan Jordan ke University of North Carolina, di mana ia terus menunjukkan bakatnya di bawah asuhan pelatih Dean Smith.

Kepiawaian Jordan semakin bersinar setelah memenangkan kejuaraan NCAA pada tahun 1982, dengan tembakan penentu kemenangan yang membuat dunia basket mulai meliriknya.

Perjalanan Jordan berlanjut hingga ia terpilih dalam NBA Draft tahun 1984 oleh Chicago Bulls, dan sisanya adalah sejarah.

Di NBA, Michael Jordan tidak hanya menjadi pemain bintang, tetapi juga ikon global. Dengan enam gelar juara NBA bersama Chicago Bulls (1991-1993, 1996-1998), lima penghargaan NBA Most Valuable Player (MVP), dan 14 kali terpilih ke All-Star, Jordan menetapkan standar baru dalam dunia bola basket.

Gaya permainannya yang penuh energi, kemampuan mencetak poin yang luar biasa, serta etos kerja tanpa henti menjadikan Jordan sebagai salah satu pemain terhebat sepanjang masa.

Jordan juga dikenal sebagai pemain yang punya mentalitas tak kenal menyerah.

“Saya telah gagal berulang kali dalam hidup saya, dan itulah mengapa saya berhasil,” ucap Jordan dalam sebuah wawancara.

Kutipan ini menggambarkan bagaimana kegagalan di masa muda tidak memadamkan api semangat Jordan, melainkan justru menyulut tekadnya untuk terus bangkit dan berjuang.

Prestasinya tak berhenti di sana. Jordan juga memenangkan dua medali emas Olimpiade (1984 dan 1992) dan menjadi bagian dari tim legendaris “Dream Team” Amerika Serikat pada Olimpiade Barcelona 1992.

Keberhasilan Jordan melampaui lapangan basket, ia menjadi simbol kerja keras, dedikasi, dan kehebatan yang menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia.

Kisah Jordan adalah bukti nyata bahwa kegagalan di masa lalu bukanlah akhir dari segalanya, tetapi bisa menjadi langkah awal menuju kesuksesan yang lebih besar.

Sumber: NBA.com, ESPN, Basketball Hall of Fame

 

Baca Juga