Debat Sengit Dedi Mulyadi dengan Aura Cinta Soal Larangan Wisuda Sekolah
ABATANEWS, JAKARTA – Viral di media sosial video perdebatan antara Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi dengan seorang remaja bernama Aura Cinta. Debat tersebut berawal dari keberanian Aura mengkritik kebijakan Dedi.
Sebelumnya, Aura Cinta viral karena video curhatannya di TikTok yang mengkritik kebijakan Dedi Mulyadi menggusur rumah orang tuanya. Keberaniannya langsung menarik perhatian Dedi yang mengundang keluarga Aura dan warga lain yang rumahnya digusur untuk berdiskusi.
Pada pertemuan tersebut, Aura Cinta menegaskan pendiriannya dan menuntut keadilan karena rumahnya digusur. Kemudian, Dedi mempertanyakan bentuk keadilan seperti apa yang dimaksud.
Aura menjawab bahwa penggusuran rumah orang tuanya dilakukan tanpa musyawarah. Menanggapi pernyataan tersebut, Dedi menegaskan bahwa keluarga Aura tinggal di lahan negara yang seharusnya tidak dijadikan tempat tinggal.
Diketahui, Aura dan keluarganya kini harus mengontrak rumah karena tempat tinggal sebelumnya di bantaran sungai kawasan Cikarang, Bekasi berdiri di atas lahan milik pemerintah. Perdebatan semakin memanas saat Aura juga mengkritik tentang kebijakan larangan wisuda sekolah.
Aura dan ibunya meminta Dedi untuk memperbolehkan acara perpisahan atau wisuda di sekolah. Namun menurut Dedi, wisuda di tingkat TK, SD, SMP hingga SMA tidak perlu karena hanya membebani rakyat kecil.
“Di negara mana yang TK ada wisuda, SMP ada wisuda, SMA ada wisuda di negara mana tuh? Hanya di Indonesia. Wisuda untuk siapa? Yang kuliah,” ujar Dedi Mulyadi.
Aura menilai bahwa wisuda merupakan hak semua siswa, terlepas dari kondisi ekonomi.
“Lebih tepatnya enggak gitu sih pak. Ini kan biar adil, semua murid biar ngerasain perpisahan wisuda,” jawab Aura.
Lantas, Dedi mempertanyakan dari mana sumber dana untuk wisuda, yang dijawab Aura dari orang tua.
“Membebani enggak?,” tanya Dedi.
“Membebani,” balas Aura.
Dedi mengingatkan bahwa kenangan indah masa sekolah bukan acara perpisahan tetapi saat proses belajar.
“Kenangan itu bukan saat perpisahan. Kenangan indah itu saat proses belajar selama 3 tahun,” tegas Dedi.
Namun Aura masih terlihat tidak mau mengalah dan tetap menilai bahwa wisuda sekolah perlu dilakukan.
“Enggak juga sih pak. Saya ngerasa kan saya udah lulus ya kalau misalnya enggak ada perpisahan kita tuh enggak bisa ngumpul bareng atau ngerasain gimana-gimana kumpul interaksi sama teman-teman gitu pak,” lanjut Aura.
“Oke, yang bayar siapa?,” tanya Dedi lagi.
“Orang tua,” kata Aura.
“Ampun, rumah aja enggak punya kok mau bayar perpisahan. Gimana sih speak up-nya,” sambung Dedi.
Dedi Mulyadi mencontohkan bahwa kritik seharusnya disampaikan jika gubernur memiliki kebijakan yang membebani rakyat dan sekolah harus bayar iuran. Meski demikian, perdebatan berakhir saat Dedi mengungkapkan akan tetap membantu memberikan biaya untuk tempat tinggal bagi warga kabupaten Bekasi yang rumahnya digusur.
Sontak, perdebatan antara Dedi Mulyadi dan Aura Cinta mengundang banyak perhatian dari netizen. Banyak netizen mengkritik Aura atas argumennya.
“Aura ngelawan orangtuanya kuat banget,” tulis akun @sse***.
“Pinter ngomong doang, enggak pinter mikir,” tulis akun @ham***.
“Ini mah bukan kritis, tapi ngeyel dan rewel,” tulis akun @ame***.
“Anak 80an 90an di jaman pak Harto kagak ada acara wisuda-wisudaan, banyak yang pinter-pinter,” tulis akun @jul***.
“Intinya bergayalah sesuai dompetmu. Kurangi ego, antusias lah dalam belajar. Masa iya TK, SD, SMP, SMA wisuda. Provinsi Bengkulu aja udah dihapus sama gubernurnya,” tulis akun @den***.
“Si adek sebenarnya bagus berani berpendapat tetapi dia belum tau realitas cara dunia bekerja. Cukup disayangkan ketika ibunya malah mengamini keinginan ‘ngeyel’ putrinya,” tulis akun @ded***.
“Anak ini mental debat dan public speakingnya oke, tinggal perlu diarahin yang benar aja,” tulis akun @jiw***.
“Skala prioritas masyarakat kita masih berantakan,” tulis akun @izz***.