BPBD Catat 21 Kabupaten Kota di Sulsel Berpotensi Bahaya Banjir Tingkat Tinggi
ABATANEWS, MAKASSAR – Cuaca ekstrem yang ditandai hujan lebat disertai angin kencang melanda hampir seluruh wilayah di Sulawesi Selatan (Sulsel) akhir-akhir ini. Fenomena tersebut berpotensi menyebabkan bencana alam, khususnya banjir dan tanah longsor di beberapa kabupaten/kota di Sulsel.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulsel Muhammad Firda mengatakan hampir seluruh wilayah Sulsel berpotensi mengalami banjir di tahun ini. Potensi tersebut terbagi menjadi status bahaya dan kelas tinggi.
“Potensi bahaya banjir di Sulsel dengan Kelas Sedang terdapat pada 2 kabupaten/kota, yaitu Bantaeng dan Jeneponto, sedangkan 21 kabupaten/kota lainnya berada pada Kelas Tinggi,” ungkap Firdaus dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/10/2022).
Selain banjir, dirinya juga mengaku potensi tanah longsor di Sulsel juga bisa terjadi. Mulai dari kelas sedang maupun kelas tinggi.
“Sementara potensi bahaya tanah longsor di Sulsel dengan Kelas Sedang terdapat pada 2 kabupaten/kota, yaitu Takalar dan Wajo, sedangkan yang lain berada pada Kelas Tinggi,” jelasnya.
Sejauh ini, berdasarkan data dari BPBD Sulsel terkait dengan kabupaten/kota di Sulsel yang terdampak bencana, jumlahnya sangat besar. Mulai dari gempa bumi, angin kencang, kebakaran, banjir, angin puting beliung, banjir bandang, tanah longsor, abrasi.
Jumlah tersebut tercatat sejak periode Januari-September 2022. Sepanjang periode tersebut, telah terjadi sebanyak 528 kasus bencana, dengan total 22.132 korban jiwa dan taksiran kerugian sebesar Rp. 48.248.918.000.
Berbagai upaya telah dilakukan BPBD Sulsel sejak dini guna mengantisipasi bencana banjir dan tanah longsor. Yakni melaksanakan supporting simulasi penanggulangan bencana pada wilayah yang berpotensi.
“Seperti yang telah dilaksanakan di Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare (simulasi banjir) dan di Malino, Kabupaten Gowa (simulasi tanah longsor),” paparnya.
Pihaknya juga intens melakukan koordinasi dengan BPBD kabupaten/kota dalam hal meningkatkan kesiapsiagaan daerah. Baik personil, peralatan maupun logistik bencana melalui grup Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB).
Memang kata dia, pada musim hujan ini harus diantisipasi bencana alam hydrometeorologi. “Yaitu bencana yang diakibatkan iklim (banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan angin puting beliung), untuk dokumen Kajian Risiko Bencana yang mengakomodir peta bahaya, peta kerentanan, dan peta kapasitasnya,” jelasnya.