40 Negara Kecam Serangan terhadap Pasukan Perdamaian UNIFIL di Lebanon

40 Negara Kecam Serangan terhadap Pasukan Perdamaian UNIFIL di Lebanon

ABATANEWS, JAKARTA — Sebanyak 40 negara yang tergabung dalam misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon, termasuk kontributor utama seperti Indonesia, Italia, dan India, menyuarakan kecaman keras terhadap serangan yang baru-baru ini menargetkan pasukan perdamaian UNIFIL.

Pernyataan bersama ini dirilis pada Sabtu, 12 Oktober 2024, menegaskan perlunya penghentian segera tindakan kekerasan tersebut dan investigasi yang memadai.

Konflik di Lebanon semakin memanas dengan serangan terbaru dari Israel ke beberapa desa di luar benteng Hizbullah, yang menyebabkan sedikitnya 15 warga sipil tewas, menurut laporan Kementerian Kesehatan Lebanon.

Dalam perkembangan lainnya, serangan-serangan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir juga telah menyebabkan lima anggota pasukan penjaga perdamaian mengalami luka-luka.

UNIFIL, dalam pernyataannya, menuduh Israel “secara sengaja” menargetkan posisi mereka, yang semakin memicu ketegangan di wilayah tersebut.

Misi UNIFIL, yang terdiri dari 9.500 pasukan dari sekitar 50 negara, telah berperan sejak berakhirnya perang antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006.

Dengan mandat dari Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, mereka bertugas untuk memantau gencatan senjata dan menjaga stabilitas di Lebanon selatan.

Namun, serangan terbaru terhadap pasukan penjaga perdamaian menimbulkan kekhawatiran global.

Negara-negara yang berkontribusi, termasuk Ghana, Nepal, Malaysia, Spanyol, Prancis, dan China, mendesak agar semua pihak yang bertikai menghormati kehadiran UNIFIL dan menjamin keselamatan personel di lapangan.

Kejadian yang paling memprihatinkan termasuk serangan tank Israel pada Kamis (10/10/2024) yang menyebabkan dua penjaga perdamaian asal Indonesia terjatuh dari menara pengawas di Naqura, serta serangan ledakan yang melukai dua anggota pasukan Helm Biru Sri Lanka.

Situasi di lapangan terus memburuk, membuat pekerjaan UNIFIL semakin sulit, terutama setelah serangan berulang kali terjadi di sekitar markas besar mereka di Naqura.

Juru bicara UNIFIL, Andrea Tenenti, menyebut situasi di lapangan sangat berbahaya karena kerusakan yang meluas, bahkan di dalam pangkalan pasukan.

Seruan internasional untuk menghentikan serangan dan menjaga stabilitas di wilayah tersebut semakin kuat, dengan harapan bahwa misi UNIFIL dapat terus menjalankan perannya dalam menciptakan perdamaian yang abadi di Lebanon selatan, serta di kawasan Timur Tengah yang lebih luas.

Berita Terkait
Baca Juga