4 Desa Wisata di Sulsel Lolos 50 Besar ADWI 2022 Kemenparekraf
ABATANEWS, MAKASSAR – Sebanyak 4 Desa Wisata di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) memasuki tahapan 50 besar pada Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Acara itu, diselenggarakan oleh Kemenparekraf/Baparekraf RI.
Untuk Provinsi Sulsel, 4 desa wisata tersebut yakni Desa Wisata Barania di Kabupaten Sinjai, Desa Wisata Matano Iniaku di Kabupaten Luwu Timur (Lutim). Kemudian Desa Wisata Campaga di Kabupaten Bantaeng dan Desa Wisata Kambo di Kota Palopo.
Empat desa wisata itu mengungguli 334 desa wisata di Sulsel yang telah terdaftar dan terverifikasi via website Jejaring Desa Wisata (Jadesta), jadesta.kemenparekraf.go.id untuk ikut bersaing di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 (ADWI 2022). Sebelumnya, dari total 338 desa wisata itu, 31 diantaranya masuk 500 Besar.
Dari hasil penilaian, mengerucut menjadi 18 desa pada tahapan 300 Besar. Kemudian berkurang lagi jumlahnya menjadi 6 desa wisata di tahapan 100 Besar ADWI 2022.
“Alhamdulillah, ini kabar baik, ada 4 Desa Wisata di Sulsel yang lolos ke 50 besar ADWI 2022. Sulawesi Selatan dikaruniai dengan beragam kearifan lokal, salah satunya dari sektor pariwisata. Kita harap ini akan menjadi wujud upaya pemulihan sektor perekonomian dan sektor pariwisata,” ujar Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, Kamis (28/4/2022).
Sementara itu, Kepala Disbudpar Sulsel Muhammad Jufri menyebut, prestasi ini sebuah kebanggaan tersendiri. Karena Sulsel terwakilkan oleh 4 desa wisata.
“Mulai 500 besar sampai 300 besar, Sulsel sama-sama melaju dengan Jatim. Di babakan 100 besar muncul juga Jateng di samping Jatim dan Sulsel di posisi teratas. Lalu di 50 besar ini jumlahnya juga sama dengan Jatim, 4 desa wisata,” jelas Jufri.
Keempat desa ini mampu mengharumkan nama Sulsel di kancah nasional. Melalui ajang ini pula, desa wisata dimaksud dapat memberi andil terhadap peningkatan kunjungan wisatawan.
Masyarakat terberdayakan untuk mengembangkan potensi kepariwisataan. Terutama bagi Pelaku UMKM dengan menyiapkan produk-produk lokal sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang wisatawan.
“Desa wisata ini bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan aksesibilitas. Nilai-nilai kearifan lokal tetap terjaga, menjadi nilai jual bagi wisatawan,” pungkasnya.